SELAMAT DATANG, SEMOGA ADA ILMU YANG BERMANFAAT

Rabu, 09 November 2011

PEMELIHARAAN TANAMAN BUAH DALAM POT

      A.  Pemupukan

           Secara alami, tanah yang subur sudah mengandung unsur hara cukup bagi pertumbuhan tanaman.  Sebaliknya, tanah yang tidak subur seperti tanah podsolik merah kuning, membutuhkan tambahan pupuk secara berkala untuk menopang pertumbuhan tanaman buah.
Pupuk kandang termasuk jenis pupuk yang sudah mengandung unsur hara makro dan mikro.  Namun, jumlah kandungan unsur hara ini sangat terbatas.  Pupuk kandang lebih berfungsi untuk meningkatkan daya serap tanah terhadap air serta  memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah agar tetap remah.  Untuk mendapatkan hasil yang optimal, selain dipupuk dengan pupuk kandang tanaman buah juga perlu dipupuk dengan pupuk anorganik atau pupuk buatan.
Pupuk anorganik mengandung unsur hara tertentu dalam jumlah relatif besar sesuai dengan kebutuhan  tanaman.  Contohnya, urea mengandung unsur nitrogen (N), TSP mengandung unsur posfor (P), KCl mengandung unsur kalium (K), serta NPK mengandung ketiga unsur N, P, dan K.
Dalam masalah pemupukan aplikasi pupuk yang digunakan untuk tanaman tabulampot adalah sebagai berikut :
1.    Tabulampot umur kurang dari 1 tahun diberi pupuk kandang 2 – 3 Kg dan NPK setengah sendok teh.  Pemupukan dilakukan 2 – 3 bulan sekali.
2.    Tabulampot berumur 2 tahun diberi pupuk kandang 4 – 5 Kg dan NPK satu  sendok teh.  Pemupukan dilakukan 2 – 3 bulan sekali.
3.   Tabulampot berumur 3 tahun diberi pupuk kandang 6 – 7 Kg dan NPK satu  sendok makan.   Pemupukan dilakukan 2 – 3 bulan sekali.
Penyemprotan pupuk daun segera dihentikan jika tabulampot mulai menghasilkan kuncup bunga.  Jika terus dilakukan, bunga-bunga tersebut akan banyak yang berguguran atau rontok.

B.  Penyiraman 

             Penyiraman tabulampot bertujuan untuk menjaga lingkungan perakaran tetap lembap.  Karena itu, jumlah air yang disiramkan harus tepat, jangan berlebihan.  Penyiraman yang berlebihan menyebabkan perakaran membusuk dan mengundang serangan penyakit cendawan akar. Penyiraman yang berlebihan pada tanaman dewasa hanya akan memacu pertumbuhan tunas-tunas vegetatif sehingga tabulampot sulit berbunga dan berbuah.  Agar tanaman cepat berbunga dan berbuah, penyiraman harus dilakukan secara tepat dan teratur.
Waktu penyiraman yang tepat bisa ditentukan dengan memperhatikan keadaan media tanam.  Jika media tanam mulai retak-retak, berarti perlu dilakukan penyiraman.  Sebaliknya, jika media tanam belum retak, berarti kondisi media tanam masih mengikat air (cukup air).  Patokan lain yang bisa digunakan adalah dengan melihat daun muda atau tunas baru.  Jika kondisi daun muda atau tunas baru terlihat layu, berarti tabulampot perlu disiram.
C.  Pemangkasan Tanaman

 Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk tanaman yang ideal dengan bentuk percabangan yang teratur, kompak, kokoh dan merata ke segala arah.  Dalam melakukan pemangkasan perlu diatur agar pertumbuhan percabangan tidak malang melintang sehingga tidak sedap dipandang.  Dengan pemangkasan diharapkan pertumbuhan percabangan menjadi lebih cepat dan segera membentuk ranting-ranting.
Pemangkasan awal dilakukan setelah tabulampot berumur sekitar satu tahun setelah stek bibit tanaman buah ditanam.  Pemangkasan dilakukan pada cabang primer, tepat di batas bidang hijau dan cokelat.  Setelah dipangkas, biasanya akan terbentuk 5 – 6 cabang baru.  Sebagian cabang ini dipangkas dan disisakan 3 – 4 cabang yang sehat, kekar, pertumbuhannya teratur, dan membentuk sudut 90 – 120o
Percabangan yang pertumbuhannya mengarah ke dalam harus dipangkas karena menyebabkan sinar matahari tidak bisa masuk ke tajuk daun.  Ketika melakukan pemangkasan sebaiknya dilakukan pelurusan percabangan tanaman hingga kedudukannya mendatar.  Tujuannya agar penyaluran karbohidrat dari daun ke seluruh jaringan tanaman dapat terhambat dan hanya mengumpul di bagian percabangan tanaman.  Dengan cara ini diharapkan proses pembungaan lebih cepat terjadi.
 Pemangkasan sebaiknya dilakukan seteah tanaman sudah cukup besar.  Jika diameter batang primer belum mencapai 2 cm, sebaiknya pertumbuhan tanaman dibiarkan saja.  Setelah diameter batang primer mencapai 2 cm, percabangan yang tumbuh di batang primer harus dipotong.  Tujuannya agar energi tanaman tersalurkan ke percabangan utama sebagai persiapan pembentukan bunga dan buah, bukan ke bagian ujung-ujung percabangan.
 Prinsip penting yang harus diketahui adalah pertumbuhan percabangan dan ranting-rantingnya tidak terlalu rimbun.  Pemangkasan pun tidak ditentukan oleh waktu, tetapi ditentukan oleh kondisi pertumbuhan percabangan dan ranting tanaman.
 Ketika memangkas ranting tanaman, sebaiknya dipilih ranting-ranting yang berdaun muda.  Alasannya, kondisi ranting seperti ini bukan merupakan tempat tumbuhnya bunga dan buah.  Namun, jangan memotong ranting tanaman yang memotong ranting tanaman yang sudah menghasilkan daun tua, karena, sebagian ruasnya akan ditempati bakal pembungaan.
D.  Merangsang Pertumbuhan
            Meskipun bertanam tabulampot boleh dibilang mudah dan sederhana dibandingkan dengan bertanam tanaman buah di kebun, tidak sedikit penggemar tabulampot yang kesulitan membuahkannya.  Sebenarnya, beberapa kebutuhan seperti pupuk, air, sinar matahari, dan kondisi lingkungan (agroklimat) bisa direkayasa sesuai dengan keperluannya.  Sebagian orang beranggapan bahwa kesuburan tanah merupakan faktor yang paling utama untuk tanaman agar bisa berbunga dan berbuah.  Anggapan ini dikuatkan dengan seringnya dilakukan pemupukan dalam jumlah banyak. Namun kenyataannya, kesuburan tanah tidak mutlak menjamin tanaman akan berproduksi.  Pertumbuhan tanaman yang terlalu rimbun dan subur justru hanya memacu pertumbuhan pucuk (pertumbuhan vegetatif), tidak memacu proses pembungaan (pertumbuhan generatif).
Setiap jenis tanaman memiliki tingkat kesulitan yang berbeda untuk dirangsang pembungaannya.  Untuk mengetahui jenis tanamannya, bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel.  Tingkat Kesulitan merangsang tanaman buah
Mudah
Sedang
Agak Sulit
Belimbing
Jeruk manis kecil
Jambu biji
Kedondong bangkok
Anggur
Asam
Jambu air
Sawo
Mangga
Jambu mawar
Rambutan
Sirsak
Lengkeng
Duku
Jambu bol
Manggis

            Pemberian pupuk buatan untuk merangsang pembuahan, seperti pupuk majemuk NPK, bisa dilakukan.  Namun, pengaruh pupuk ini untuk kelangsungan pertumbuhan tanaman justru berdampak buruk.  Tabulampot yang dipaksa rajin berbunga dan berbuah dengan cara memberi pupuk perangsang, pertumbuhann selanjutnya akan terganggu. Pemberian pupuk perangsang buah hanya diberikan  1 – 2  bulan setelah tanaman berbuah.  Dengan cara ini, tabulampot bisa berbuah lebih dari satu kali dalam setahun.
            Empat puluh lima hari sejak terjadinya pembungaan, tabulampot akan menghasilkan pentil-pentil buah.  Setelah empat puluh lima hari, pentil buah sudah berkembang menjadi buah yang berukuran sedang.  Pada saat memberikan pupuk perangsang, penyiraman tabulampot harus dikurangi.  Jika volume penyiraman tidak dikurangi, dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap efektivitas pemupukan.  Jangan memberikan pupuk perangsang ketika tabulampot sedang berbunga atau  sudah berbuah.  Pemupukan ini justru akan mempengaruhi kualitas buah.
            Memasuki masa berbunga dan berbuah, pemupukan tabulampot bisa dilakukan melalui penyiraman, terutama pupuk yang berbentuk granular (butiran), seperti NPK.  Bentuk pupuk seperti ini perlu dilarutkan terlebih dahulu ke dalam air.  Jangan sekali-sekali membongkar media tanam pada saat tanaman akan memasuki masa pembungaan.  Alasannya, akar tanaman akan rusak dan bunga yang muncul akan rontok.
            Secara alami, kegagalan proses pembungaan menjadi buah disebabkan oleh gagalnya penyerbukan.  Kegagalan penyerbukan bisa terjadi karena bunga rontok sebelum terjadi penyerbukan akibat gangguan cuaca, kekeringan, atau bisa juga disebabkan tidak adanya agen penyerbuk, terutama untuk tanaman yang bunga jantan dan betinanya tidak matang bersamaan.

                                  
Sumber :
Jamal dan Mulyadi, 2003.  Menghasilkan Tabulampot Indah dan Berkualitas. Agromedia Pustaka.  Jakarta.







 



Kamis, 03 November 2011

BETERNAK DOMBA

            Problem peternakan di Indonesia cukup memprihatinkan karena gambaran selama 20 tahun terakhir menunjukkan penurunan baik dari segi kualitas maupun kuantitas ternak.  Pada era 70-an Indonesia mampu mengekspor produk-produk peternakan khususnya daging ke beberapa negara Asia, tetapi sekarang yang terjadi justru sebaliknya, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Indonesia harus mengimpor daging dari luar.
Minusnya partumuhan populasi ternak ditengah-tengah permintaan akan daging yang terus meningkat telah menjadi dilema bagi peternakan Indonesia. Upaya pengembangan sektor peternakan merupakan suatu keharusan jika kita tidak ingin terus terjebak sebagai pengimpor daging.  Salah satu komoditas peternakan yang potensial untuk dikembangkan adalah domba.  
Bibit
            Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan beternak domba adalah bibit.  Bibit yang baik akan menghasilkan keturunan yang baik pula.  Kriteria penting yang biasa dipergunakan sebagai pedoman dalam melakukan seleksi/ pemilihan bibit  adalah : bangsa, kesuburan dan persentase kelahiran, tempramen/Produksi susu, recording dan kesehatan. Ciri-ciri domba calon bibit untuk induk dan pejantan adalah tidak cacat, badan normal, perut normal. 

Pakan
            Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak akan menyebabkan defisiensi makanan, sehingga ternak akan mudah terserang penyakit.  Oleh karena itu pemberian pakan harus diupayakan secara terus menerus.
            Zat gizi yang terkandung di dalam pakan dan masuk kedalam tubuh domba dapat digunakan untuk menunjang berfungsinya organ fisiologis dalam rangkaian proses pertumbuhan/perkembangan refroduksi dan aktivitas biologis lainnya.  Nutrisi pakan berupa energi, protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral dan air.
            Kebutuhan domba akan bahan pakan sangat tergantung  pada kondisi fisiologis domba tersebut.  Domba-domba yang sedang digemukkan, secara umum membutuhkan hijauan segar 10 % dari berat badan. 
 
Tabel .  Kebutuhan Pakan Domba dan Kambing per Ekor dalam Satu Hari Menurut    
               Kondisi Ternak
Kondisi ternak
Jenis Pakan
Rum-
put (%)
Daun-daunan
Konsentrat
Dewasa
Induk bunting
Induk menyusui
Anak sebelum disapih
Anak lepas sapih
75
60
50
50

60
25
40
50
50

40

2 – 3 gelas
2 – 3 gelas


0.5 – 1 gelas
Sumber : Mathius (1989) dalam Cahyono (2000)

Kandang
             Kandang  berfungsi sebagai tempat berlindung dari hujan dan terik matahari, tempat ternak tumbuh dan berkembang secara normal, agar ternak tidak merusak tanaman, diganggu, dimangsa hewan buas atau dicuri. Letak kandang harus memenuhi kriteria sebagai berikut : lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya, memungkinkan sinar matahari pagi masuk secara merata, terlindung dari angin langsung, agak jauh dari rumah atau sumber air, ditempat yang kering dan lembab. Konstruksi kandang harus memenuhi persyaratan teknis dimana kandang harus dapat menekan pertumbuhan parasit atau organisme lain yang menyebabkan penyakit, dapat mengatur suhu dan kelembaban dan peredaran udara dalam kandang dapat berjalan dengan baik. 

Memandikan
              Domba perlu dimandikan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh. Paling tidak domba dimandikan 2 minggu sekali. Saat memandikan domba hendaknya ketika ada panas matahari sehingga bulu akan cepat kering.

Mencukur Bulu
             Bulu domba pada waktu-waktu tertentu harus dicukur sehingga kotoran yang melekat mudah dibersihkan atau tidak menggumpal. Gumpalan kotoran bisa menyebabkan domba terserang parasit kulit dan kuman yang bersarang dibawahnya.

Sanitasi Lingkungan
           Sanitasi lingkungan bertujuan untuk mencegah berbagai macam serangan penyakit dan parasit yang dapat merugikan usaha peternakan.  Sanitasi lingkungan meliputi : kebersihan kandang, kebersihan peralatan (tempat makan, minum) dan kebersihan lingkungan sekitar kandang.

Pemotongan  Kuku
             Kuku domba pada umumnya tumbuh lebih cepat daripada proses keausannya. Lebih-lebih bila domba dipelihara didaerah yang tanahnya lunak, sehingga  gesekan  dengan kuku kecil sekali.  Akibatnya kuku domba menjadi panjang dan tidak rata.  Peristiwa ini menyebabkan domba sulit berjalan dan bahkan bisa menimbulkan kelainan yang memudahkan kuku kena infeksi oleh sebabnya kuku domba pada waktu-waktu tertentu perlu dipotong.

Pengaturan Reproduksi
Waktu yang baik untuk mengawinkan kambing dan domba betina adalah 12 – 18 jam setelah terlihat tanda-tanda birahi.  Apabila  birahi terjadi pada siang sampai malam sudah harus dikawinkan.  Untuk menghindari kegagalan, sebaiknya ternak betina dan pejantan dimasukkan dalam satu kandang.  Apabila dicampurkan terjadi kegagalan, ulangi perkawinan pada siklus berikutnya (kira-kira 19 hari).
Dalam kondisi baik, pejantan dapat dipakai sebagai pemacek 2 – 3 kali seminggu.  Untuk meningkatkan keuntungan dalam memperoleh bakalan sebaiknya dibuat pola produksi. 

Penyakit
Penyakit Cacing
      Gejala penyakit cacing pada domba adalah : domba kurus, lemah, selaput mata pucat; jika infeksi parah, sering dialami dagunya membengkak; kadang-kadang kotoran encer; perut besar, bulu kusam. Cara pencegahan dan pengobatan penyakit cacing adalah: kandang harus sering dibersihkan, hindarkan lantai yang becek, jangan mengembalakan domba di tempat yang tercemar telur atau larva cacing, penderita diobati dengan phenothiazine yang diberikan dalam bentuk kapsul atau dalam bentuk powder dan dicampur air minum. Setiap ekor cukup  400 gr atau dengan buah pinang yang sudah tua ditumbuk halus, kemudian diberikan kepada domba  tersebut langsung ke dalam mulutnya dengan dicampur sedikit makanan yang akan diberikan.  Bila domba sedang bunting jangan diberikan obat ini.

 Penyakit Scabies (Kudis)
             Penyakit scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu yang ukurannya sangat kecil (Sarcoptes scabei). Penularan penyakit ini umumnya melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Gejala penyakit scabies adalah : kulit mula-mula nampak bercak-bercak merah, berbisul akibat gigitan kutu kecil; bercak-bercak dan bisul tadi akhirnya menebal, mengeras atau liat, kulit bersisik dan berkeropeng, bulu rontok; bila keropeng lepas kulit berdarah; penderita kurus, nafsu makan turun karena kegelisahan dan tidak tenang; biasanya penyakit ini menyerang pada bagian bibir, kepala, kemudian menjalar keseluruh tubuh. Pengobatan dapat dilakukan dengan  cara : bulu dicukur, kulit yang terserang diolesi larutan belerang dalam minyak tanah.

Penyakit Bloat/Tymphani
            Penyebab penyakit ini adalah jenis makanan yang cepat mengalami fermentasi dan domba tidak mampu mengimbangi pengeluaran gas sehingga terbentuk timbunan gas yang sangat besar dalam rumen yang tidak bisa keluar. Gejala dari penyakit ini adalah : lambung sebelah kiri atas nampak besar; lambung yang besar ini bila dipukul berbunyi seperti drum; frekuensi pernapasan cepat; punggung membungkuk. Pencegahan atau pengobatannya adalah : hindarkan agar domba tidak digem-balakan di tempat yang rumputnya masih basah; jangan memberikan makanan leguminose kepada domba lebih dari 50 % dari seluruh hijauan; bagi domba yang menderita bisa diberi antibiotik atau bisa diatasi dengan cara kedua kaki kita mengapit sisi perut sebelah kanan dan kiri, kemudian buka mulut domba dengan demikian maka gas akan keluar.

Sumber :
Cahyono, B.  1998.  Beternak Domba dan Kambing.  Kanisius.  Jakarta.

Rabu, 02 November 2011

MEMBUAT AMONIASI JERAMI

            Jerami merupakan salah satu sumber hijauan bagi ternak ruminansia yang berasal dari sisa hasil pertanian.  Jerami pada umumnya kurang disenangi oleh ternak apabila diberikan secara langsung begitu saja tanpa adanya penambahan bahan lain sebagai campuran, selain itu jerami sangat sulit dicerna oleh alat digestion ternak karena tersusun oleh selulosa, hemiselulosa dan lignin sebagai penyusun utama, sehingga efisiensi penyerapan nutrisi jerami sangat rendah.

            Untuk meningkatkan efisiensi tersebut perlu adanya proses yang bisa memecah rantai selulosa, hemiselulosa dan lignin sebagai bahan dasar dari jerami menjadi lebih kecil permukaannnya, sehiingga pemanfaatan jerami oleh alat pencernaan ternak lebih meningkat.  Dalam upaya meningkatkan efisiensi jerami tersebut  berbagai cara telah diterapkan di lapangan dan salah satu metode yang praktis dan mampu  meningkatkan efisiensi penyerapan nutrisi jerami tersebut adalah dengan cara fermentasi jerami atau amoniasi jerami.
            Amoniasi jerami merupakan suatu metode pengolahan jerami dengan memanfaatkan kerja gas amonia (NH3) yang berasal dari  sumber amonia (urea) yang dapat memecah ikatan selulosa, hemiselulosa dan lignin sehingga jerami lebih mudah untuk dicerna.
A.   Alat dan Bahan
Alat :
·         Mesin pencacah (cooper atau parang)
·         Pelastik besar kedap cahaya (berwarna hitam)
·         Tali pengikat
·         Timbangan
·         Ember
Bahan :
·         Jerami Kering      : sesuai dengan kebutuhan
·         Urea                       : 6% dari volume air
·         Air bersih secukupnya
B.   Cara Pembuatan
·         Sediakan jerami sesuai dengan keperluan dan dibersihkan dari kotoran.
·         Keringkan jerami hingga kadar air  kurang dari 20% sampai 10% dapat dilihat dari fisik jerami yang menguning.
·         Jerami dicacah atau dipotong-potong sepanjang 5-10 cm.
·         Kemudian timbang jerami.
·         Buat larutan urea 6% dari volume air yang disediakan.
·         Masukan jerami sedikit demi sedikit sambil disiram dengan larutan urea lalu dipadatkan (untuk 1 Kg jerami diperlukan 1 liter larutan urea atau 60 gr/liter air).
·         Setelah plastik penuh ikat rapat-rapat  dan simpan plastik di tempat kering dan terlindung dari hujan dan sinar matahari secara langsung.
·         Setelah 21 hari amoniasi dapat diberikan keada ternak.
·         Pada saat membuka tutup plastik harus berhati-hati karena menimbulkan gas amoniak yang berbahaya bila terhirup.
C.   Cara Pemberian Pada ternak
·         Sebelum diberikan pada ternak amoniasi jerami terlebih dahulu diangin-anginkan dengan tujuan mengurangi gas amoniak yang dihasilkan pada saat fermentasi.
·         Dalam memberikan amoniasi kepada ternak harus diimbangi dengan pemberian konsentrat yang berenergi tinggi untuk mencegah terjadinya keracunan akibat gas amoniak, perbandingan antara amoniasi jerami dengan konsentrat yaitu 70% : 30% (70% jerami amoniasi dan 30% konsentrat).
·         Untuk ternak perah dianjurkan agar amoniasi diberikan setelah ternak diperah.
·         Dalam pemberian amoniasi ternak harus dibiasakan terlebih dahulu dengan cara bertahap.

 
Sumber :

Balai Besar Diklat Agribisnis Peternakan dan Kesehatan Hewan Cinagara, Bogor. 2005.






























BUDIDAYA JERUK BESAR


PENDAHULUAN

Jeruk Besar (Citrus maxima) atau pomelo termasuk dalam famili Rutaceace.  Asal jeruk besar belum jelas namun sudah menyebar dan dikenal masyarakat di Asia Tenggara.
Jeruk besar mengandung vitamin C cukup tinggi yaitu 43 mg, vitamin A = 21 SI, Kalsium = 23 mg dan kalori = 48 kal dalam 100 gram jeruk besar.  Karena mengandung Vit. C dan A cukup tinggi, maka jeruk besar mampu mencegah rabun senja dan sariawan.
Disamping Indonesia, negara lain penghasil jeruk besar adalah Thailand, Malaysia dan Vietnam.  Varietas jeruk besar yang direkomendasi untuk dibudidayakan adalah Cikoneng ST,  Bali Merah, Pomelo Raja, dan Pomelo Nambangan.  Sentra produksi jeruk besar di Indonesia baru terdapat tiga Provinsi.

Tabel 1.   Sentra Produksi Jeruk Besar di Indo-nesia

No.
Provinsi
Kabupaten/
Kecamatan
Luas
Lahan
(Ha)
Produksi
Musim Panen Raya
1
Jawa Barat
Sumedang :
1.Sumedang
Selatan
90
450
2
2
Jawa Timur
Magetan :
1.Sukomoro
2.Bendo
3.Takaran
4.Kawedana

157
167
141
72

7.904
2.016
5.076
1.728

4 – 6
4 – 6
4 – 6
4 – 6
3
Bali
Karang Asem
1.Kareng Asem
32
46
7 – 8
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang

SYARAT TUMBUH
            Jeruk besar tumbuh pada ketinggian kurang dari 400 meter dpl.  Pada ketinggian lebih dari 400 meter dpl masih dapat tumbuh dan menghasilkan buah, akan tetapi tidak maksimal.  Membutuhkan curah hujan 1.000-1.500 mm/ tahun dengan musim kering 4 – 7 bulan.  Jeruk besar tidak terlalu tahan terhadap genangan air, oleh karena itu diperlukan drainase yang baik. Membutuhkan keasaman tanah (pH) 5 – 6.

PERBANYAKAN  TANAMAN
            Perbanyakan tanaman melalui okulasi, dengan cara memilih mata entres yang besar, berasal dari cabang yang sudah berumur 1 tahun. Pengambilan entres dilakukan dengan membuat irisan agak lengkung horizontal di atas mata sepanjang 1 cm, kemudian kedua ujung irisan dibuat irisan vertikal ke bawah sepanjang 2,5 cm. Entres selanjutnya ditempel pada semai batang bawah, kemudian dibalut dengan tali raffia usahakan bagian mata tidak tertutup.

PENANAMAN
            Buat lubang tanam dengan ukuran 60x60x60 cm. Saat penggalian lubang, tanah lapisan bagian atas diletakan sebelah kanan dan lapisan bagian bawah ke sebelah kiri.  Sebelum tanam tanah lapisan atas dimasukkan, terlebih dahulu dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 35 Kg, Urea 100 gr, TSP 100 gr, dan KCL 100 gr.  Lubang tanam dibiarkan terbuka selama 1 – 2 minggu.  Jarak tanam yang ideal untuk jeruk besar adalah 7 x 7 meter.

PEMELIHARAAN

a.      Pemupukan
Dosis pemupukan jeruk besar sebaiknya disesuaikan dengan umur tanaman. Pedoman umum pemupukan tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Dosis Pemupukan Tanaman Jeruk Besar yang Direkomendasikan Sesuai dengan Tanaman

Umur
Tan.
(Thn)
Pupuk
Kandang
(blek)
Urea
(gr/phn)
TSP
(gr/phn)
KCL
(gr/phn)
1
1
200
450
400
2
3
400
650
650
3
6
600
1.000
1.000
4
6
800
1.000
1.000
>5
6
1.000
550
850
     Sumber : BPP Sukomoro, Magetan

            Cara pemupukan dengan membuat galian melingkar pada seputar pohon yang disesuaikan  dengan tajuk terluar.  Kemudian taburkan pupuk tersebut  pada galian dan ditutup tanah.
            Waktu pemupukan, dilakukan 2 kali setahun yaitu setengah dosis sesudah panen dan setengah dosis lagi menjelang berbunga.

b.      Pengairan
Pada awal tanam tanaman perlu penyiraman setiap hari dan diusahakan sebanyak 50 liter/m2/bulan. Penyiraman selanjutnya dilakukan 1 – 2 kali seminggu dimusim kemarau, terutama pada saat musim hujan, maka harus dibuat drainase yang baik karena tanaman jeruk besar tidak tahan terhadap genangan air.

c.       Pemangkasan
Bertujuan untuk membentuk tajuk tanaman yang baik, merangsang pembungaan dan mencegah terserang penyakit, serta merangsang pertumbuhan tunas baru.  Bagian-bagian tanaman yang dipangkas adalah cabang air, cabang yang tumbuh liar, ranting daun dan buah yang terserang penyakit,  dahan dan buah yang rusak, dahan yang bergeser satu sama lainnya, dan yang tumbuh ke dalam, dan dahan yang lemah.

Pengendalian Hama dan Penyakit

1. Hama

a.      Hama Penggerek Buah (Citripestis sagittiferella)
Gejalanya buah kelihatan berlubang-lubang dengan kotoran berupa getah yang menggelantung. Lama-kelamaan ditengah gantungan getah terjadi pembusukan dan akhirnya buah rontok.  Pengendaliannya membungkus buah muda dengan kertas, buah yang sudah terserang secepatnya dipetik, lalu dibakar.  Penyemprotan tanaman dengan insektisida Bayrusil dengan dosis 1 liter/ha, dengan volume semprotan sekitar 500-600/liter/ha.

b.      Hama Sisik Hitam (Parlatoria zizypnus)
Gejalanya tunas, daun dan bagian lain dari tanaman jeruk seperti dilekati oleh sisik bulat hitam yang mengeras.  Begitu eratnya lekatan tersebut sehingga sangat merusak tanaman jeruk.  Pengendaliannya dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida Supracide 40 EC bahan aktifnya metydation dengan konsentrasi    2 ml/liter air setara dengan dosis 1 – 1,6 liter dalam 500 – 800 liter air/ha.

c.       Hama Parlatoria pergandii Comst
Gejalanya daun dan buah seperti tertutup sisik yang memanjang, hingga warnanya menguning, sedangkan dipermukaan daun tampak bercak kuning.  Kemudian daun menjadi kering dan rontok.  Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida Diazinon dengan konsentrasi formulasi 2 ml/liter air setara dengan 1 – 1,6 liter dalam 500 – 800 liter air/ha.

2. Penyakit

a.      Penyakit Blendok Diplodia Basah
Gejalanya batang atau cabang-cabang besar mengeluarkan blendok (gom), yang berwarna kuning emas.  Pada serangan yang berat kulit luka-luka tidak teratur, luas dan tidak dalam, disamping juga dicirikan oleh perubahan warna kayu menjadi hijau sampai hitam.  Cabang yang terserang berat sebaiknya dipotong saja.  Sedangkan pengobatan yang sedang dikembangkan yaitu dengan mengoleskan bubur bordo 5 – 10 %.

b.      Penyakit Blendok Diplodia Kering
Gejalanya batang yang terserang kulitnya mengering. Kulit yang terserang jamur ini membentuk celah-celah kecil, kemudian dari dalam celah keluar massa spora yang semula putih kemudian berangsur-angsur menjadi hitam.  Pengendaliannya sama dengan jamur Blendok Diplodia Basah.

PANEN

            Jeruk besar baru bisa dipanen setelah berumur 6 – 8 bulan setelah bunga mekar.  Saat panen ditentukan dari ciri fisik buah.  Pemetikan paling baik dilakukan tepat pada kematangan buah yang kulit berwarna hijau kekuning-kuningan, bulu halus pada kulit buah sudah hilang, buah jeruk termasuk berat, lekukan buah sudah datar dan bila dikupas bagian tengahnya sudah berlubang.
            Pemetikan sebaiknya dilakukan dengan tangan  atau gunting pangkas.  Dengan cara buah dipegang kemudian diputar lalu menariknya kebawah hingga lepas dari tangkainya.  Setelah buah dipetik sebaiknya tangkai diletakkan ke bawah untuk mengeluarkan getahnya.



Sumber :
Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
 Kabupaten Sumedang
2007