SELAMAT DATANG, SEMOGA ADA ILMU YANG BERMANFAAT

Rabu, 12 Oktober 2011

Avian Influenza (AI) / Flu Burung




Avian Influenza (AI) atau Flu Burung adalah penyakit pada unggas yang bersifat asymptomatis, menyebabkan kematian yang fatal dan sifatnya perakut sampai medium akut yang disebabkan oleh virus AI famili Orthomyxoviridae.  AI tergolong penyakit eksotik di Indonesia yang menyerang pada unggas dan bisa menyerang manusia (zoonosa).

Virus AI dibagi ke dalam subtipe berdasarkan permukaan glicoprotein haemaglutin (HA) 1 – 15 dan eurominidae (NA)  1 – 9.  Diantara subtipe tersebut yang bersifat virulen  pada unggas dan manusia adalah H5 dan H7.­­­  Penggolongan menurut Tipe bahwa AI tipe A menyerang pada unggas dan tipe B, C banyak terjadi pada manusia.  Virus AI telah menimbulkan sindrom pada unggas berupa gejala pernafasan tipe ringan sampai fatal.  Selain organ pernafasan juga mengganggu organ pencernaan dan sistem syaraf serta menimbulkan kematian sangat tinggi dan cepat hingga 100 %.

Flu Burung sangat ditakuti karena :

a.       Bersifat zoonosa, artinya penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke manusia.
b.      Tahun 1997 di hongkong terjadi kematian pada seorang anak laki-laki, tahun 2004 di Vietnam 8  orang dan Thailand 2 orang.
c.     Virus flu burung tersebar diseluruh dunia, burung-burung liar yang selalu berimigrasi diduga mempunyai peranan penting dalam menyebarkan virus antar negara.  Sedangkan kasus di Jawa Barat bisa tertular dari daerah lain yang lebih dulu terserang penyakit.

Sumber Penularan Flu Burung :

a.       Hewan sakit.
b.      Pakan ternak, alat peternakan, box telur dan feces yang tercemar.
c.       Orang/pekerja dan kendaraan yang keluar masuk peternakan.

Cara penularan flu Burung

Penularan Flu Burung pada Hewan

Mekanisme penularan virus influenza dari ayam yang terinfeksi ke ayam lain secara rinci belum diketahui secara pasti, namun kontaminasi air oleh virus yang terkandung dalam cairan pernafasan, feces yang tertular diduga sebagai metoda penularan yang lazim.  Udara yang terkontaminasi feces ayam tertular juga dapat menyebarkan virus.  Penularan lewat telur tetas (transovarial) belum terbukti.

Penularan Flu Burung pada Manusia

Penelitian awal pada manusia  ternyata ada beberapa subtipe virus influenza unggas yang dapat melakukan replikasi  (perbanyakan partikel) di dalam tubuh manusia.  Hanya saja tidak sampai mengakibatkan kasus  yang fatal.  Ledakan kasus flu burung di Hongkong yang sampai mengakibatkan kematian mungkin disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan, model perdagangan unggas dan kepadatan populasi manusia di sana.  Atau kasus yang terjadi lebih disebabkan adanya mutasi (berubah menjadi lebih ganas) dari virus flu burung pada manusia setelah melalui ternak babi/kuda.

Tanda-tanda Flu burung pada Hewan

1.      Pengamatan klinis pada Ayam
Inkubasi beberapa jam sampai 7 hari, lumpuh, lesu, muka bengkak, ngorok, konjunctivitis, anoreksia, jengger dan pial kebiruan, pendarahan subkutan dan ptechie pada daerah dada dan kaki.

2.      Pathologi Anatomi

Pendarahan  pada trachea, pankreas, peradangan usus, hati, limpa, ovarium, ptechie pada alat jaringan lemak, proventriculus.

3.      Histopatologi

Enchephalitis, tracheitis, proventriculitis, pendarahan interestial pada otot dan hati, necrosis pada hati dan ovarium, oedema pada kaki.


Strategi Pemberantasan

1.      Peningkatan Biosekurity

a.       Pertahanan pertama dengan mencegah semua kemungkinan kontak dengan peternakan yang tertular :
·   Membatasi secara ketat lalulintas material kontaminasi (hewan/unggas, produk unggas, pakan, feces, litter).
·   Membatasi lalulintas orang/pekerja dan kendaraan yang keluar masuk peternakan.
·   Mencegah kontak antar unggas dengan burung liar, tikus, dll.

b.      Dekontaminasi
·   Melakukan desinfektan terhadap sarana peralatan, bangunan kandang, pakaian, alas kaki, kendaraan yang bersntuhan dengan unggas sakit/tertular.
·   Desinfektan yang dapat digunakan antara lain : sediaan amonium kuartener, formalin 2 – 5 %, iodium, senyawa fenol, natrium/kalium hipoklorit, dll.

c.       Pelaksanaan Disposal/Penguburan
·   Lokasi pembakaran/penguburan harus dilokasi peternakan dengan jarak minimal 20 meter dari kandang terdekat dan jauh dari penduduk.
·   Lubang tempat disposal dengan kedalaman minimal 1 meter setelah ditutup tanah, disiram dengan kapur.

d.      Pengawasan lalulintas ayam pedaging, ayam petelur dan bibit ayam dengan disertai Surat  
      Keterangan dari Dokter Hewan Pemerintah/Dokter Hewan berwenang.

2.      Pelaksanaan Vaksinasi

  • Vaksin yang digunakan adalah vaksin inaktif.
  • Vaksinasi hanya digunakan untuk unggas sehat, dengan penyuntikan secara individual     terhadap seluruh populasi terancam (100 %) dengan radius minimal    1 Km.
  • Program vaksinasi :
a.     Ayam pedaging (broiler) dilaksanakan pada umur 4 - 7 hari, dosis 0.2 ml di bawah kulit pada pangkal leher.
b.     Ayam petelur (layer) dan pembibitan (breeder) :
-  Umur 4 - 7 hari, 0.2 ml di bawah kulit pada pangkal leher.
-  Umur 4 - 7 minggu, 0.5 ml di bawah kulit pada pangkal leher.
-  Umur 12 minggu, 0.5 ml di bawah kulit pada pangkal leher/otot dada/otot paha.
-  Setiap 3 - 4 bulan diulang 0.5 ml pada otot dada/ otot paha.



Ingat!   Virus AI mati pada daging dengan pemanasan 80o C selama 1 menit dan pada telur dengan pemanasan 64o C selama 4,5 menit.



Virus influenza dapat bertahan dalam lingkungan terutama dalam kondisi lembab
 dan dingin.  Virus  masih tetap infektif dalam kotoran selama 30-35 hari pada suhu 4o C dan selama 7 hari pada suhu 20o C





                                            Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2007)