Avian
Influenza (AI) atau Flu Burung adalah penyakit pada unggas yang bersifat asymptomatis,
menyebabkan kematian yang fatal dan sifatnya perakut sampai medium akut yang
disebabkan oleh virus AI famili Orthomyxoviridae. AI tergolong penyakit eksotik di Indonesia
yang menyerang pada unggas dan bisa menyerang manusia (zoonosa).
Virus AI
dibagi ke dalam subtipe berdasarkan permukaan glicoprotein haemaglutin (HA) 1
– 15 dan eurominidae (NA) 1 –
9. Diantara subtipe tersebut yang
bersifat virulen pada unggas dan
manusia adalah H5 dan H7. Penggolongan menurut Tipe bahwa AI tipe A
menyerang pada unggas dan tipe B, C banyak terjadi pada manusia. Virus AI telah menimbulkan sindrom pada
unggas berupa gejala pernafasan tipe ringan sampai fatal. Selain organ pernafasan juga mengganggu organ
pencernaan dan sistem syaraf serta menimbulkan kematian sangat tinggi dan cepat
hingga 100 %.
Flu Burung sangat ditakuti karena :
a. Bersifat
zoonosa, artinya penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke manusia.
b. Tahun 1997 di
hongkong terjadi kematian pada seorang anak laki-laki, tahun 2004 di Vietnam 8
orang dan Thailand 2 orang.
c. Virus flu burung
tersebar diseluruh dunia, burung-burung liar yang selalu berimigrasi diduga
mempunyai peranan penting dalam menyebarkan virus antar negara. Sedangkan kasus di Jawa Barat bisa tertular
dari daerah lain yang lebih dulu terserang penyakit.
Sumber Penularan Flu Burung :
a. Hewan sakit.
b. Pakan ternak,
alat peternakan, box telur dan feces yang tercemar.
c. Orang/pekerja
dan kendaraan yang keluar masuk peternakan.
Cara penularan flu Burung
Penularan
Flu Burung pada Hewan
Mekanisme
penularan virus influenza dari ayam yang terinfeksi ke ayam lain secara rinci
belum diketahui secara pasti, namun kontaminasi air oleh virus yang terkandung dalam
cairan pernafasan, feces yang tertular diduga sebagai metoda penularan yang
lazim. Udara yang terkontaminasi feces
ayam tertular juga dapat menyebarkan virus.
Penularan lewat telur tetas (transovarial) belum terbukti.
Penularan
Flu Burung pada Manusia
Penelitian
awal pada manusia ternyata ada beberapa
subtipe virus influenza unggas yang dapat melakukan replikasi (perbanyakan partikel) di dalam tubuh
manusia. Hanya saja tidak sampai
mengakibatkan kasus yang fatal. Ledakan kasus flu burung di Hongkong yang
sampai mengakibatkan kematian mungkin disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan,
model perdagangan unggas dan kepadatan populasi manusia di sana. Atau kasus yang terjadi lebih disebabkan
adanya mutasi (berubah menjadi lebih ganas) dari virus flu burung pada manusia
setelah melalui ternak babi/kuda.
Tanda-tanda Flu burung pada
Hewan
1. Pengamatan klinis pada Ayam
Inkubasi beberapa jam sampai 7 hari,
lumpuh, lesu, muka bengkak, ngorok, konjunctivitis, anoreksia, jengger dan pial
kebiruan, pendarahan subkutan dan ptechie pada daerah dada dan kaki.
2.
Pathologi
Anatomi
Pendarahan pada trachea, pankreas, peradangan usus,
hati, limpa, ovarium, ptechie pada alat jaringan lemak, proventriculus.
3.
Histopatologi
Enchephalitis, tracheitis, proventriculitis,
pendarahan interestial pada otot dan hati, necrosis pada hati dan ovarium,
oedema pada kaki.
Strategi Pemberantasan
1. Peningkatan
Biosekurity
a. Pertahanan
pertama dengan mencegah semua kemungkinan kontak dengan peternakan yang
tertular :
·
Membatasi
secara ketat lalulintas material kontaminasi (hewan/unggas, produk unggas,
pakan, feces, litter).
·
Membatasi
lalulintas orang/pekerja dan kendaraan yang keluar masuk peternakan.
·
Mencegah
kontak antar unggas dengan burung liar, tikus, dll.
b. Dekontaminasi
·
Melakukan desinfektan terhadap sarana
peralatan, bangunan kandang, pakaian, alas kaki, kendaraan yang bersntuhan
dengan unggas sakit/tertular.
·
Desinfektan yang dapat digunakan antara
lain : sediaan amonium kuartener, formalin 2 – 5 %, iodium, senyawa fenol, natrium/kalium
hipoklorit, dll.
c.
Pelaksanaan Disposal/Penguburan
·
Lokasi pembakaran/penguburan harus
dilokasi peternakan dengan jarak minimal 20 meter dari kandang terdekat dan
jauh dari penduduk.
·
Lubang tempat disposal dengan kedalaman
minimal 1 meter setelah ditutup tanah, disiram dengan kapur.
d.
Pengawasan lalulintas ayam pedaging,
ayam petelur dan bibit ayam dengan disertai Surat
Keterangan dari Dokter Hewan
Pemerintah/Dokter Hewan berwenang.
2. Pelaksanaan
Vaksinasi
- Vaksin yang digunakan adalah vaksin inaktif.
- Vaksinasi hanya digunakan untuk unggas sehat, dengan penyuntikan secara individual terhadap seluruh populasi terancam (100 %) dengan radius minimal 1 Km.
- Program vaksinasi :
a. Ayam pedaging
(broiler) dilaksanakan pada umur 4 - 7 hari, dosis 0.2 ml di bawah kulit pada
pangkal leher.
b. Ayam petelur
(layer) dan pembibitan (breeder) :
- Umur 4 - 7 hari,
0.2 ml di bawah kulit pada pangkal leher.
- Umur 4 - 7
minggu, 0.5 ml di bawah kulit pada pangkal leher.
- Umur 12 minggu,
0.5 ml di bawah kulit pada pangkal leher/otot dada/otot paha.
- Setiap 3 - 4
bulan diulang 0.5 ml pada otot dada/ otot paha.
Ingat! Virus AI mati pada daging dengan pemanasan
80o C selama 1 menit dan pada telur dengan pemanasan 64o
C selama 4,5 menit.
Virus influenza dapat
bertahan dalam lingkungan terutama dalam kondisi lembab
dan dingin.
Virus masih tetap infektif dalam
kotoran selama 30-35 hari pada suhu 4o C dan selama 7 hari pada suhu
20o C
Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Barat (2007)